Rabu, 17 Juni 2015

RESEP CARA MEMBUAT KUE MATAHARI ENAK DAN RENYAH

Kue kering satu ini adalah sajian makanan yang tak kalah dengan kue-kue kering lainnya, memiliki tekstur yang tipis dengan rasanya yang lezat dan renyah. Kue Matahari ini biasanya dibuat ketika hari-hari besar, seperti hari Raya, Maulidan dll. Di Indonesia, kue kering satu ini memiliki beberapa nama sesuai daerahnya masing-masing, seperti di jakarta di sebut dengan nama Kue Kembang Goyang dengan tambahan bahan-bahan yang berbeda, sedangkan di Lombok disebut dengan Kue Matahari, meskipun bentuknya tidak seperti matahari dan bahkan lebih mirip dengan kembang, tapi Kue Matahari khas Lombok ini rasanya tak kalah enak dan renyah.

Cara Membuat Kue Matahari
Bahan-bahan untuk membuat Kue Matahari
  • 200 gram tepung terigu
  • 2 bungkus tepung hunkue 
  • 65 gram gula pasir
  • 2 butir telur
  • Pewarna makanan
  • 1/2 sdt garam
  • 250 ml santan ( dari parutan 1/2 butir kelapa )
  • Minyak goreng secukupnya 
Cara Membuat Kue Matahari Enak dan Renyah :
  1. Untuk yang pertama campurkan tepung terigu, gula pasir, garam dan pewarna makanan, aduk hingga rata.
  2. Tuang telur beserta santan sedikit-sedikit sambil terus diaduk hingga seluruh adonan tercampur rata.
  3. Masukkan cetakan kue matahari ke dalam minyak yang sudah dipanaskan untuk memanaskan cetakan.
  4. Kemudian celupkan cetakan kue ke dalam adonan, lalu masukkan ke dalam minyak yang sudah panas sambil goyang–goyang cetakan sampai adonan kue terlepas dari cetakan.
  5. Goreng kue dengan mengulangi langkah diatas sampai matang, kering dan berwarna kuning kecoklatan.
  6. Dan angkat kue lalu tiriskan. Kue matahari kini sudah siap disajikan. Sajikan kue dengan disimpan di dalam toples kedap udara agar terjaga kerenyahannya untuk waktu lama.
Cukup mudah kan cara buatnya bun? Nah sekarang tinggal di coba resepnya di rumah. Semoga resep ini bermanfaat untuk bunda-bunda cantik di rumah.

·

Minggu, 14 Juni 2015

CINTA PERTAMA


“Hah, kita sekelas lagi sama mereka.” Kata Abdi sambil terus berjalan masuk ke kelas barunya. “iya neh, kalian ini kayak enggak ada kampus lain aja, malah ikut daftar disini, mana sekelas lagi.” Lanjut Miko. “Eleh-eleh, ngapain kalian yang sewot kita masuk sini, emangnya ini kampus punya bapak kalian?” jawab Iza ketus. “Bosen tau liat muka kalian aja, dari kita baru lahir, sampai TK, SD, SMP, SMA dan sekarang kuliah masih aja bareng kalian, minus mata gue liat kalian aja.” Celoteh Abdi. “Emang dasar aja mata loe dah katarak dari sononya.” Sela Naya. “Kayaknya kita emang enggak terpisahkan guys.” Tutur Mita
“Okelah enggak apa-apa kita sekelas lagi, tapi yang enggak habis gue fikir, kok Naya sama Iza bisa diterima dikampus negeri yang test buat masuknya aja enggak mudah, kalau Mita sih enggak perlu ditanya, nah kalian?” kata Miko mengejek. “Nyogok mungkin mereka.” Lanjut Abdi sambil tertawa ngakak. “Awas kalian ya!!” dengus Iza sambil bersiap-siap mengayunkan tasnya ke Miko dan Abdi. “Sudah-sudah enggak usah berantem lagi, seharusnya kita ngerayain ini semua, kita bisa lulus bareng di kampus ini, sekelas pula lagi, gimana guys?” Kata Mita menenangkan dan semuanyapun menyetujui ide Mita. “Bagus kalau kalian semua setuju, seperti biasa kita camping di lapangan sekolah, nanti gue minta ijin ma bokap, kebetulan anak sekolah lagi libur juga kan.” Lanjut Mita dengan semangat. “Ok deh, kalau gitu kita pergi kasih tau Edi, kasian tu anak beda kelas sama kita.” Kata Miko. “Kasih tau Desi juga ya mik, Eci kan sekelas sama Edo.” Pinta Mita. “Kalian aja sana ngasih tau paus darat kesasar itu.” Tolak Abdi. ”Iya Mit, nanti gue yang kasih tau.” Tutur Miko lembut, Mita tersenyum malu.
Sore harinya Mita, Iza, Desi, Edo dan Abdi sudah menunggu di depan gerbang sekolah. “Mita, Eci, Iza…!!!” teriak Naya di sebrang jalan. “Ayo nyebrang, Mita dah dikasih konci ma bokapnya.” Teriak Iza. “Hati-hati Nay rame.” Teriak Edo lagi. “Iya, Tunggu.” Sambut Naya yang belum berani untuk menyebrang, tiba-tiba tangan Naya di tarik oleh Miko yang datang dari sbelah kiri dan mengajak Naya menyebrang bersamanya. “Miko…!!!” Tutur Naya melihat tangan miko mengenggam tangannya. “Kamu dari sejak kecil sampai sekarang masih aja belum bisa nyebrang, kalau terus nungguin jalan sampai sepi, bisa sampai tengah malem baru kamu bisa nyebrang.” Tutur Miko, Naya tersenyum malu. 
“Kemana aja loe Mik, sekarang baru nongol?” Tanya Abdi. “Biasa, gue kerumah paman dulu.” Jawab Miko. “Wah, wah, ada yang gandengan tangan terus nih, mau ke penghulu atau mau camping?” Ejek Abdi yang melihat tangan Miko terus menggandeng tangan Naya, Mikopun lansung melepaskan tangan Naya. “Pasti Miko cuma bantuin Naya nyebrang kan?” Tanya Mita agak cemburu. “Iyalah Mit, loe kan tau sendiri temen loe yang satu ini kalau nyebrang kayak gimana.” Jawab Miko mencoba menghilangkan groginya. “Ngapain juga loe pake bantuin gue nyebrang segala, gue kan bisa sendiri.” Kata Naya ketus. 
Merekapun membuat Tenda di halaman sekolah, setelah Azan magrib sudah berkumandang mereka solat berjamaah dengan Miko sebagai imam, selesai solat mereka membaca yasin sampai azan isa berkumandang lagi dan selesai solat isa mereka menyiapkan makanan-makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing dan makan bersama. “Wah si paus kesasar ini banyak banget bawa makanan, pasti semua makanan dirumahnya di sikat sampai habis.” Ejek Abdi. “Terserah gue dong cekil, urusin aja badan loe tuh, kerempeng kayak enggak pernah dikasih makan.” Sambut Desi. “Mik, mau nyicipin makanan gue enggak, ini gue yang buat lho.” Kata Mita menawarkan. “Boleh…” Mita lansung mengisi piring Miko dengan makanan yang dia bawa. “Masakanmu enak sekali Mit.” Puji Miko sambil melirik kearah Naya, Naya hanya menunduk smbil terus memakan makannannya.
Tak lama kemudian saat Miko sedang mencuci tangannya, tiba-tiba Mita datang menghampiri Miko. “Mik, gue boleh ngomong sesuatu enggak?” Miko mengangguk. “Mik, aku suka sama kamu !!” Tutur Mita tib-tiba. “Sory, gue Cuma mau cuci piring tapi entar dah.” Kata Naya yang tak sengaja mendengar pengakuan Mita. “Nay…!!” panggil Miko, tapi Naya terus berjalan. “Miko, aku beneran suka sama kamu, dari dulu sampai sekarang.” Lanjut Mita. “Mita loe yakin?” “iya, aku yakin sama perasaanku sendiri, dari sejak kita masih kecil, aku sudah suka sama kamu.” “Mit, gue hargain banget perasaan loe, tapi maaf gue suka sama orang lain.” Jawab Miko sambil memegang pundak Mita. “Tapi Mik, aku kira kamu juga suka sama aku, bukannya selama ini kamu bersikap baik dan lembut kepadaku dibandingkan sikapmu pada teman-teman yang lain?” Tanya Mita seolah tidak percaya. “Gue cuma bisa bilang maaf Mit, perasaan gue buat orang lain.” Jawab Miko sambil berlalu dari hadapan Mita.
“Kenapa loe Nay, kok enggak jadi cuci piringnya?” Tanya Iza. “Nay, loe enggak apa-apa, kok tangan loe gemetaran gini, tangan loe dingin lagi.” Lanjut Desi sambil memegang tangan Naya yang gemetaran. “Gue enggak apa-apa kok, tadi airnya dingin banget jadi enggak jadi gue nyuci piringnya.” Jawab Naya Ngeles. Merekapun bercanda-canda sebelum tidur, terlihat Mita dan Miko hanya sesekali bicara dan tersenyum, tapi Miko terus memperhatikan Naya yang tersenyum dengan manisnya.
Pagi-pagi subuh setelah solat mereka pergi lari pagi bersama. “Ya ampun Do keringat loe, ini minum.” Kata Naya sambil menyodorkan botol minumannya pada Edo. “Makasih Nay.” Jawab Edo sambil tersenyum melihat Naya. “Suit… suit… ada yang perhatian neh !!” Ejek Abdi. “Gue lari duluan, biar cepat sampai.” Potong Miko yang lansung ngacir ninggalin teman-temannya yang sedang beristirahat. “Miko tunggu, ngapain buru-buru.” Teriak Abdi yang ikut mengejar. “Si Miko kenapa sih?” celetuk Iza, Mita cemberut dan Naya menggeleng-gelengkan kepala.
“Nay, ini botol minuman lho.” Kata Edo sambil memberikan botol minuman milik Naya di depan tenda. “Makasih ya?” lanjut Miko. “iya.” “Nay, tunggu, gue mau ngomong sama loe.” Panggil Edo. “Mau ngomong ap Do?” Tanya Naya yang kembali mendekat ke arah Edo. “Loe dah punya pacar belum Nay?” Naya kaget sambil menggelengkan kepala. “Belum, kenapa Do, tumben nanyak, mau cariin gue cowok ya?” Tebak Naya bercanda. “Loe mau enggak jadi pacar gue?” Tanya Edo tiba-tiba, Naya lansung terdiam kaget, menebak dalam hatinya apakah Edo serius ataukah hanya bercanda, tapi dia tidak pernah melihat Edo seserius itu padanya. “Gue serius Nay, gue suka sama loe, loe mau enggak jadi pacar gue?” lanjut Edo bertanya. “mmm…!!” Naya berusaha untuk menjawab tapi dari belakang tiba-tiba Miko datang dan menyambar tangan Naya lalu menariknya menjauh dari Edo. “Loe apa-apaan sih Mik?” Tanya Naya bingung. “Loe yang apa-apaan?” Jawab Miko kesal. “Maksud loe?” Tanya Naya bingung. “Ngapain loe dekat-dekat sama Edo, loe mau nerima cintanya Edo tadi?” “Maksud loe apaan sih Mik, gue enggak ngerti.” “Gue enggak suka liat loe dekat-dekat sama Edo.” “kenapa loe enggak suka, itu hak gue mau dekat sama siapa aja.” Jawab Naya kesal. “Karen gue suka sama loe Nay.” Kata Miko dengan nada mulai melemah
“Apa maksud loe bilang suka ke gue setelah loe jadian sama Mita, loe mau mainin perasaannya Mita sama gue?” Tanya Naya sangat kesal. “Apa maksud loe tadi, mainin persaan loe, apa itu berarti loe juga suka sama gue?” Tanya Miko mempertegas, Naya terdiam dan tak bisa menjawab. “Jawab Nay kenapa loe diam, loe suka kan sama gue?” lanjut Miko memaksa. “Iya gue suka sama loe, puas loe?” jawab Naya teriak. “Nay…!!!” Miko tersenyum bahagia mendengarnya. “Gue suka sama loe Mik, sama seperti Mita yang juga dari dulu suka sama loe, tapi gue tau loe enggak mungkin suka sama gue, gue nyadar diri Mik, gue cewek bodoh seperti yang loe bilang selama ini, enggak seperti Mita cewek pintar dan cantik, selama ini gue enggak marah loe mau ngeledekin gue kayak gimana tapi gue sakit Mik, gue cemburu saat loe bersikap lembut ke Mita dan sekarang setelah loe dapetin Mita loe mau mainin perasaan gue?” Tanya Naya sambil menangis.
“Nay, enggak seperti itu..” “Lalu seperti apa? Tadi Edo ngajakin gue pacaran dan loe marah-marah sama gue, loe fikir gue bakalan nerima Edo, enggak Mik, walaupun loe sudah jadian sama Mita, itu enggak bakaln ngebuat gue nerima Edo, perasaan gue masih buat loe, tapi loe jahat Mik, loe jahat, mau loe apa sama gue?” Teriak Naya yang terus menangis sambil memukul-mukul dada Miko. Kemudian Miko lansung mendekap Naya dalam pelukannya, Naya mencoba melepaskan pelukan Miko, namun semakin Naya mencoba melepaskan, pelukan Miko semakin erat. “Nay, dengerin gue dulu.” Kata Miko mencoba menenangkan Naya. “Lepasin gue Mik.” Pinta Naya.
“Nay, gue juga suka sama loe dan itupun dari dulu, dari sejak gue ngeliat loe ngelempar rapot loe di depan gue, sejak loe masih pakai seragam berwarna merah putih, hingga sekarang Nay dan gue selama ini enggak pernah pacaran, itu hanya karena gue cuma bisa suka sama loe bukan Mita, gue enggak jadian sama dia, selama ini gue bersikap lembut dan ramah sama Mita itu semua gue lakuin cuma buat ngeliat reaksi loe aja, apa loe cemburu atau enggak dan gue sering ngejahilin dan selalu bikin loe kesel itu hanya alesan biar gue bisa deket sama loe.” Tutur Miko pada Naya dan tak sadar air matanyapun ikut terjatuh. “Miko.” Panggil Naya dengan lembut. 
“Gue cinta dan sayang sama loe Nay, maaf kalau dari dulu gue enggak berani jujur tentang perasaan gue selama ini, gue emang pengecut.” Lanjut Miko sambil melepaskan pelukannya. “Enggak Mik, loe enggak pengecut, buktinya loe sekarang berani jujur, kata orang memendam perasaan itu sangat melelahkan, tapi bagi gue enggak, gue benar-benar nikmatin mencintai loe meski loe enggak tau dan memang kadang sakit saat ngeliat orang yang kita cinta dekat dengan orang lain, tapi itu enggak menghentikan perasaan gue tumbuh buat loe dan sekarang gue bahagia perasaan gue sudah berbuah manis dengan ngedapetin cinta dari loe, gue cinta sama loe Mik.” Tutur Naya, sambil memeluk Miko. “Nay kamu mau enggak jadi cinta pertama dan terahir di hatiku?” Tanya Miko sambil menempelkan tangannya di pipi Naya. “Iya, aku mau jadi cinta pertama dan terahir di hatimu Miko.” Jawab Naya mantap. “Aku Cinta kamu Naya.”

Sabtu, 13 Juni 2015

Definition of Writing



Writing is one form of language production besides speaking, as a creative process and act of discovering meaning, and there are five general components of writing, namely:
  1.  Content: contents or message expressed.
  2.  Grammar: application or the usage of the grammatical form and sentence pattern.
  3.  Form: the contents written organization.
  4.  Style: the election of the usage of vocabulary and sentence structure for giving style and message of the written.
  5.  Mechanic: the usage of the graph or symbols of a language.