“Hah, kita sekelas lagi sama mereka.” Kata Abdi sambil terus
berjalan masuk ke kelas barunya. “iya neh, kalian ini kayak enggak ada kampus
lain aja, malah ikut daftar disini, mana sekelas lagi.” Lanjut Miko.
“Eleh-eleh, ngapain kalian yang sewot kita masuk sini, emangnya ini kampus
punya bapak kalian?” jawab Iza ketus. “Bosen tau liat muka kalian aja, dari
kita baru lahir, sampai TK, SD, SMP, SMA dan sekarang kuliah masih aja bareng
kalian, minus mata gue liat kalian aja.” Celoteh Abdi. “Emang dasar aja mata
loe dah katarak dari sononya.” Sela Naya. “Kayaknya kita emang enggak
terpisahkan guys.” Tutur Mita
“Okelah enggak apa-apa kita sekelas lagi, tapi yang enggak habis
gue fikir, kok Naya sama Iza bisa diterima dikampus negeri yang test buat
masuknya aja enggak mudah, kalau Mita sih enggak perlu ditanya, nah kalian?”
kata Miko mengejek. “Nyogok mungkin mereka.” Lanjut Abdi sambil tertawa ngakak.
“Awas kalian ya!!” dengus Iza sambil bersiap-siap mengayunkan tasnya ke Miko
dan Abdi. “Sudah-sudah enggak usah berantem lagi, seharusnya kita ngerayain ini
semua, kita bisa lulus bareng di kampus ini, sekelas pula lagi, gimana guys?”
Kata Mita menenangkan dan semuanyapun menyetujui ide Mita. “Bagus kalau kalian
semua setuju, seperti biasa kita camping di lapangan sekolah, nanti gue minta
ijin ma bokap, kebetulan anak sekolah lagi libur juga kan.” Lanjut Mita dengan
semangat. “Ok deh, kalau gitu kita pergi kasih tau Edi, kasian tu anak beda
kelas sama kita.” Kata Miko. “Kasih tau Desi juga ya mik, Eci kan sekelas sama
Edo.” Pinta Mita. “Kalian aja sana ngasih tau paus darat kesasar itu.” Tolak
Abdi. ”Iya Mit, nanti gue yang kasih tau.” Tutur Miko lembut, Mita tersenyum
malu.
Sore harinya Mita, Iza, Desi, Edo dan Abdi sudah menunggu di depan
gerbang sekolah. “Mita, Eci, Iza…!!!” teriak Naya di sebrang jalan. “Ayo
nyebrang, Mita dah dikasih konci ma bokapnya.” Teriak Iza. “Hati-hati Nay rame.”
Teriak Edo lagi. “Iya, Tunggu.” Sambut Naya yang belum berani untuk menyebrang,
tiba-tiba tangan Naya di tarik oleh Miko yang datang dari sbelah kiri dan
mengajak Naya menyebrang bersamanya. “Miko…!!!” Tutur Naya melihat tangan miko
mengenggam tangannya. “Kamu dari sejak kecil sampai sekarang masih aja belum
bisa nyebrang, kalau terus nungguin jalan sampai sepi, bisa sampai tengah malem
baru kamu bisa nyebrang.” Tutur Miko, Naya tersenyum malu.
“Kemana aja loe Mik, sekarang baru nongol?” Tanya Abdi. “Biasa, gue
kerumah paman dulu.” Jawab Miko. “Wah, wah, ada yang gandengan tangan terus
nih, mau ke penghulu atau mau camping?” Ejek Abdi yang melihat tangan Miko
terus menggandeng tangan Naya, Mikopun lansung melepaskan tangan Naya. “Pasti
Miko cuma bantuin Naya nyebrang kan?” Tanya Mita agak cemburu. “Iyalah Mit, loe
kan tau sendiri temen loe yang satu ini kalau nyebrang kayak gimana.” Jawab
Miko mencoba menghilangkan groginya. “Ngapain juga loe pake bantuin gue nyebrang
segala, gue kan bisa sendiri.” Kata Naya ketus.
Merekapun membuat Tenda di halaman sekolah, setelah Azan magrib
sudah berkumandang mereka solat berjamaah dengan Miko sebagai imam, selesai
solat mereka membaca yasin sampai azan isa berkumandang lagi dan selesai solat
isa mereka menyiapkan makanan-makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing
dan makan bersama. “Wah si paus kesasar ini banyak banget bawa makanan, pasti
semua makanan dirumahnya di sikat sampai habis.” Ejek Abdi. “Terserah gue dong
cekil, urusin aja badan loe tuh, kerempeng kayak enggak pernah dikasih makan.” Sambut
Desi. “Mik, mau nyicipin makanan gue enggak, ini gue yang buat lho.” Kata Mita
menawarkan. “Boleh…” Mita lansung mengisi piring Miko dengan makanan yang dia
bawa. “Masakanmu enak sekali Mit.” Puji Miko sambil melirik kearah Naya, Naya
hanya menunduk smbil terus memakan makannannya.
Tak lama kemudian saat Miko sedang mencuci tangannya, tiba-tiba
Mita datang menghampiri Miko. “Mik, gue boleh ngomong sesuatu enggak?” Miko mengangguk.
“Mik, aku suka sama kamu !!” Tutur Mita tib-tiba. “Sory, gue Cuma mau cuci
piring tapi entar dah.” Kata Naya yang tak sengaja mendengar pengakuan Mita. “Nay…!!”
panggil Miko, tapi Naya terus berjalan. “Miko, aku beneran suka sama kamu, dari
dulu sampai sekarang.” Lanjut Mita. “Mita loe yakin?” “iya, aku yakin sama
perasaanku sendiri, dari sejak kita masih kecil, aku sudah suka sama kamu.” “Mit,
gue hargain banget perasaan loe, tapi maaf gue suka sama orang lain.” Jawab Miko
sambil memegang pundak Mita. “Tapi Mik, aku kira kamu juga suka sama aku,
bukannya selama ini kamu bersikap baik dan lembut kepadaku dibandingkan sikapmu
pada teman-teman yang lain?” Tanya Mita seolah tidak percaya. “Gue cuma bisa
bilang maaf Mit, perasaan gue buat orang lain.” Jawab Miko sambil berlalu dari
hadapan Mita.
“Kenapa loe Nay, kok enggak jadi cuci piringnya?” Tanya Iza. “Nay,
loe enggak apa-apa, kok tangan loe gemetaran gini, tangan loe dingin lagi.” Lanjut
Desi sambil memegang tangan Naya yang gemetaran. “Gue enggak apa-apa kok, tadi
airnya dingin banget jadi enggak jadi gue nyuci piringnya.” Jawab Naya Ngeles. Merekapun
bercanda-canda sebelum tidur, terlihat Mita dan Miko hanya sesekali bicara dan
tersenyum, tapi Miko terus memperhatikan Naya yang tersenyum dengan manisnya.
Pagi-pagi subuh setelah solat mereka pergi lari pagi bersama. “Ya
ampun Do keringat loe, ini minum.” Kata Naya sambil menyodorkan botol
minumannya pada Edo. “Makasih Nay.” Jawab Edo sambil tersenyum melihat Naya. “Suit…
suit… ada yang perhatian neh !!” Ejek Abdi. “Gue lari duluan, biar cepat
sampai.” Potong Miko yang lansung ngacir ninggalin teman-temannya yang sedang
beristirahat. “Miko tunggu, ngapain buru-buru.” Teriak Abdi yang ikut mengejar.
“Si Miko kenapa sih?” celetuk Iza, Mita cemberut dan Naya menggeleng-gelengkan
kepala.
“Nay, ini botol minuman lho.” Kata Edo sambil memberikan botol
minuman milik Naya di depan tenda. “Makasih ya?” lanjut Miko. “iya.” “Nay,
tunggu, gue mau ngomong sama loe.” Panggil Edo. “Mau ngomong ap Do?” Tanya Naya
yang kembali mendekat ke arah Edo. “Loe dah punya pacar belum Nay?” Naya kaget
sambil menggelengkan kepala. “Belum, kenapa Do, tumben nanyak, mau cariin gue
cowok ya?” Tebak Naya bercanda. “Loe mau enggak jadi pacar gue?” Tanya Edo
tiba-tiba, Naya lansung terdiam kaget, menebak dalam hatinya apakah Edo serius
ataukah hanya bercanda, tapi dia tidak pernah melihat Edo seserius itu padanya.
“Gue serius Nay, gue suka sama loe, loe mau enggak jadi pacar gue?” lanjut Edo
bertanya. “mmm…!!” Naya berusaha untuk menjawab tapi dari belakang tiba-tiba
Miko datang dan menyambar tangan Naya lalu menariknya menjauh dari Edo. “Loe
apa-apaan sih Mik?” Tanya Naya bingung. “Loe yang apa-apaan?” Jawab Miko kesal.
“Maksud loe?” Tanya Naya bingung. “Ngapain loe dekat-dekat sama Edo, loe mau
nerima cintanya Edo tadi?” “Maksud loe apaan sih Mik, gue enggak ngerti.” “Gue
enggak suka liat loe dekat-dekat sama Edo.” “kenapa loe enggak suka, itu hak
gue mau dekat sama siapa aja.” Jawab Naya kesal. “Karen gue suka sama loe Nay.”
Kata Miko dengan nada mulai melemah
“Apa maksud loe bilang suka ke gue setelah loe jadian sama Mita,
loe mau mainin perasaannya Mita sama gue?” Tanya Naya sangat kesal. “Apa maksud
loe tadi, mainin persaan loe, apa itu berarti loe juga suka sama gue?” Tanya Miko
mempertegas, Naya terdiam dan tak bisa menjawab. “Jawab Nay kenapa loe diam,
loe suka kan sama gue?” lanjut Miko memaksa. “Iya gue suka sama loe, puas loe?”
jawab Naya teriak. “Nay…!!!” Miko tersenyum bahagia mendengarnya. “Gue suka sama
loe Mik, sama seperti Mita yang juga dari dulu suka sama loe, tapi gue tau loe
enggak mungkin suka sama gue, gue nyadar diri Mik, gue cewek bodoh seperti yang
loe bilang selama ini, enggak seperti Mita cewek pintar dan cantik, selama ini
gue enggak marah loe mau ngeledekin gue kayak gimana tapi gue sakit Mik, gue
cemburu saat loe bersikap lembut ke Mita dan sekarang setelah loe dapetin Mita
loe mau mainin perasaan gue?” Tanya Naya sambil menangis.
“Nay, enggak seperti itu..” “Lalu seperti apa? Tadi Edo ngajakin
gue pacaran dan loe marah-marah sama gue, loe fikir gue bakalan nerima Edo,
enggak Mik, walaupun loe sudah jadian sama Mita, itu enggak bakaln ngebuat gue
nerima Edo, perasaan gue masih buat loe, tapi loe jahat Mik, loe jahat, mau loe
apa sama gue?” Teriak Naya yang terus menangis sambil memukul-mukul dada Miko. Kemudian
Miko lansung mendekap Naya dalam pelukannya, Naya mencoba melepaskan pelukan
Miko, namun semakin Naya mencoba melepaskan, pelukan Miko semakin erat. “Nay,
dengerin gue dulu.” Kata Miko mencoba menenangkan Naya. “Lepasin gue Mik.”
Pinta Naya.
“Nay, gue juga suka sama loe dan itupun dari dulu, dari sejak gue
ngeliat loe ngelempar rapot loe di depan gue, sejak loe masih pakai seragam
berwarna merah putih, hingga sekarang Nay dan gue selama ini enggak pernah
pacaran, itu hanya karena gue cuma bisa suka sama loe bukan Mita, gue enggak
jadian sama dia, selama ini gue bersikap lembut dan ramah sama Mita itu semua
gue lakuin cuma buat ngeliat reaksi loe aja, apa loe cemburu atau enggak dan gue
sering ngejahilin dan selalu bikin loe kesel itu hanya alesan biar gue bisa
deket sama loe.” Tutur Miko pada Naya dan tak sadar air matanyapun ikut
terjatuh. “Miko.” Panggil Naya dengan lembut.
“Gue cinta dan sayang sama loe Nay, maaf kalau dari dulu gue enggak
berani jujur tentang perasaan gue selama ini, gue emang pengecut.” Lanjut Miko
sambil melepaskan pelukannya. “Enggak Mik, loe enggak pengecut, buktinya loe
sekarang berani jujur, kata orang memendam perasaan itu sangat melelahkan, tapi
bagi gue enggak, gue benar-benar nikmatin mencintai loe meski loe enggak tau
dan memang kadang sakit saat ngeliat orang yang kita cinta dekat dengan orang
lain, tapi itu enggak menghentikan perasaan gue tumbuh buat loe dan sekarang
gue bahagia perasaan gue sudah berbuah manis dengan ngedapetin cinta dari loe,
gue cinta sama loe Mik.” Tutur Naya, sambil memeluk Miko. “Nay kamu mau enggak
jadi cinta pertama dan terahir di hatiku?” Tanya Miko sambil menempelkan
tangannya di pipi Naya. “Iya, aku mau jadi cinta pertama dan terahir di hatimu
Miko.” Jawab Naya mantap. “Aku Cinta kamu Naya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar